Sebuah Renungan di Bulan Agustus
oleh: Idham Kholiq
Sekretaris FKUB Sidoarjo
Berbuat sesuatu untuk orang lain, masyarakat, negara dan bangsa harus dilandasi niat ibadah kepada-NYA. Bila tidak, hal tersebut bisa menjadi perbuatan yang sia-sia. Bilamana tidak dilandasi iman, dan senata-mata menjalankan perintahnya, maka pamrih duniawi lebih menjadi motivasinya.
Pamrih itu bisa ekonomik, kekuasaan, status atau prestise. Adapun ke semua itu adalah akar dan sumber-sumber perselisihan itu sendiri, antara yang satu dengan yang lain. Dalam bahasa agama, inilah nafsu, angkara murka dan keserakahan. Semuanya telah mengacaukan kaidah-kaidah kebenaran agama.
Ketuhanan Yang Maha Esa, kebenaran mutlak dianggap milik segolongan manakala menguntungkan dirinya. Kemanusiaan yang adil dan beradab digadaikan atau disimpan dalam gudang-gudang dan tumpukan kitab-kitab kuno. Persatuan Indonesia di manipulasikan sebagai persatean untuk kesenangannya. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan direkayasa tanpa nurani dan kebijaksanaan karena mengejar kemenangan, meski menang dengan tidak beradab. Keadilan sosial terasa jadi mimpi yang jauh tak terbayangkan bagi rakyat Indonesia.
Namun bila disandarkan kembali pada perintah iman kita, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Mencintai bangsa adalah bagian dari iman, maka ini adalah bagian dari ibadat sosial kita. Orang yang mengaku beriman kepada-NYA tidaklah cukup hanya merasa bahagia dengan transedensi kepada Tuhan-NYA saja. Iman bagi dirinya harus menjadikan dirinya bagai pohon yang berbuah manis. Inilah sebaik-baiknya hamba yang beriman.
Seseorang yang beriman kepada Tuhan adalah mereka yang selalu mengingat-NYA dan bermanfaat bagi sesamanya sebagai bagian dari perintah-NYA. Sesama itu ada di kanan-kiri kita, sekeliling kita, negeri kita dan bangsa kita.
Menjadikan sesama untuk saling mengasihi, saling mencintai harus dimulai dari kita masing-masing Tentu tujuannya agar Indonesia menjadi lebih berkasih sayang, lebih damai. Indonesia bisa menjadi negeri yang penuh keberkahan dari Sang Pencipta. Ini lah tugas kita semua, menjadikan iman dan cintai negeri beriringan, damai, dan seirama.
Mengutip nasehat para ulama, “bahwasannya seluruh perbuatan kita bilamana diniatkan untuk menjalankan perintah-NYA, meskipun hanya perbuatan sepele maka akan bernilai ibadah dihadapan-Nya. Sebaliknya, bilamana suatu amalan meskipun tampak mulia namun bila diniatkan untuk selain kepada-NYA, maka semulia apapun perbuatan itu di mata manusia, tetapi dihadapan-NYA tidaklah bernilai ibadah”.