Riyanto, Natal, dan Kasih Sayang

Ada berbagai cara dalam menciptakan kondusifitas dan suasana damai di Sidoarjo, salah satunya dengan menggelar Salawatan. Hal itu telah dilakukan oleh sahabat dari Banser Sidoarjo dengan menggelar Banser-TNI-Polri Bersholawat.
Sejak dulu NU bersama badan otonomnya berkomitmen bersama pemerintah dan aparat menjaga keutuhan NKRI yang menjadi rumah besar berbagai macam suku dan agama.
Keterlibatan umat mayoritas dalam menjaga kondusifitas wilayah negara sangat diperlukan karena bersama masyarakatlah aparat kuat.
Banser sudah membuktikan dirinya berjuang merawat kebhinekaan dan perbedaan agama melalui aksi Banser Riyanto yang telah mengorbankan dirinya. Sehingga Natal pun menjadi momen mengenang Riyanto karena kejadian itu terjadi di malam Natal.
Bagi Banser, Riyanto merupakan simbol semangat dan komitmen Banser menjaga kerukunan dan keamanan umat dalam melaksanakan ibadah.
Melalui kegiatan Banser-TNI-Polri Bersholawat yang digelar di penghujung tahun 2019, tepatnya tanggal 14 Desember lalu diharapkan selain kondusifitas dan keamanan tetap terjaga, kenyamanan beribadah berbagai umat beragama pun selalu ada.
Kegiatan salawat itu selain meningkatkan keimanan bagi umat muslim juga menjadi wujud memaknai Islam yang sesungguhnya berarti damai.
Banser Riyanto tidak hanya memaknai, tetapi berjuang demi kemanusiaan dan kedamaian supaya semua pemeluk agama saling menjaga.
Bagi penulis bulan Desember adalah bulan Banser karena di bulan itu terdapat peristiwa penting yang tidak hanya bermakna bagi umat Nasrani, tetapi umat Islam dan mungkin umat-umat lain yang memaknai bahwa menjaga kerukunan itu penuh perjuangan.
Di bulan itu juga tak terhitung para peziarah mengunjungi makam almarhum Riyanto. Riyanto dan umat Islam lainnya harus berbagi kasih sayang, karena Tuhan tidak pilih kasih dalam memberikan kasihnya.