Suasana Natal di Gereja Santa Maria Annuntiata Sidoarjo tahun ini terasa berbeda dengan hadirnya pohon natal yang terbuat dari alat-alat dapur bekas.
Ketua panitia peringatan Julianta Federik menjelaskan bahwa pohon tersebut bagian dari inovasi panitia untuk menciptakan suasana hari raya yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Pohon ini supaya lain peringatan tahun ini dengan tahun lalu,” jelasnya. Pembuatan pohon natal tersebut membutuhkan sekitar 250 buah alat dapur.
Alat-alat itu terdiri dari wajan, panci, sotel, dan berbagai alat masak lainnya. Semua peralatan tersebut berasal dari jemaat dengan prinsip Pohon Natal Umat yang diusahakan oleh umat. Sehingga namanya menjadi Pohon Natal Umat Bersama Gereja.
Julianta menambahkan, pohon tersebut memang sengaja dibuat dari barang bekas supaya memiliki kesan dan filosofi. Artinya, bekas adalah kondisi seseorang yang pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan kemudian berproses untuk menjadi berguna dan bermanfaat.
Setelah dikumpulkan barang-barang itu diwarnai dengan warna merah dan hijau. Warna itupun memiliki arti merah adalah energi cinta dan hijau menandakan kehidupan yang penuh syukur.
Proses pengumpulan barang-barang berlangsung kurang lebih 15 hari. Mulai awal Desember hingga pertengahan bulan.
Salah satu romo yakni Romo Harjanto turut terlibat dalam proses pengumpulan. Setelah terkumpul, penggarapan kontruksi dimulai. Sekitar 3 juta Rupiah digelontorkan untuk proses itu.