PERINGATAN IMLEK: BEBERAPA KEBUDAYAAN TIONGHOA
Sidoarjo — 28 Januari 2017
Masyarakat Tionghoa dikenal memiliki bermacam kebudayaan. Beberapa yang sudah dipahami oleh masyarakat adalah wayang potehi, barongsai, dan akupuntur. Berikut ini sekilas tentang ketiga kebudayaan Tionghoa yang sudah akrab dengan kehidupan dalam masyarakat kita.
WAYANG POTEHI
Wayang Potehi berasal dari kata po yang berarti kain, te yang berarti kantong, dan hi yang berarti wayang. Dari arti bahasa tersebut, Wayang Potehi juga diartikan menjadi Wayang Kantong. Wayang ini masuk ke Indonesia sejak jaman Belanda sekitar 300 tahun lalu. Pentas Wayang Potehi digemari semua kalangan, apalagi waktu itu tidak ada alternatif hiburan.
Munculnya Wayang Potehi bersumber dari cerita empat orang tahanan yang divonis mati oleh raja. Seorang dari mereka merasa rugi jika bersedih hati menjelang hukuman mati seperti kesedihan yang dirasakan ketiga rekannya. Dia mengajak rekannya menghibur diri. Layaknya bermain musik, mereka menggunakan sapu yang dijadikan seruling, tutup panji sebagai kejer yang dijadikan teng-teng.
Sehari menjelang hukuman mati, mereka memainkan alat musik sederhana ciptaan mereka sendiri dengan hasil irama musik yang indah. Permainan mereka pun didengar raja dan berniat mengampuni keempat tahanan tersebut karena telah menyadari kesalahannya. Seseorang diantara mereka mengambil sepotong kain seperti sapu tangan yang dibentuk semacam kepala. Sementara bagian kiri dan kanan dari kain tersebut diandaikan sebagai tangan. Lalu mereka memperagakan tentang kebijaksanaan raja. Raja pun tertarik, setelah keluar dari penjara, keempat orang tersebut membuat wayang sendiri yang kemudian dikenal sebagai wayang potehi.
BARONGSAI
Barongsai adalah tarian singa yang memiliki sejarah ribuan tahun. Tarian ini muncul di masa Dinasti Chin sekitar abad ketiga sebelum masehi. Barongsai diyakini sebagai pertunjukan yang membawa berkah karena singa merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan.
Pada 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI, barongsai dihentikan karena segala bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi.
Pasca gerakan reformasi 1998 yang melahirkan perubahan politik di Indonesia membangkitkan kembali kesenian barongsai. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan yang juga diikuti oleh warga pribumi Indonesia di dalamnya.
Dalam tarian Barongsai terdapat dua jenis singa utama yakni Singa Utara dan Singa Selatan. Singa Utara memiliki surai ikal, berkaki empat yang lebih natural, dan mirip singa dibandingkan Singa Selatan yang bersisik dan jumlah kakinya bervariasi, antara dua atau empat dengan kepala bertanduk.
Gerakan Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Singa Selatan dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop uang yang disebut ‘Lay See’. Amplop biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
AKUPUNKTUR

Akupunktur berasal dari kata acus (jarum) dan punctur (menusuk), yakni terapi alamiah dengan merangsang titik-titik tertentu (Qi) di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit. Rangsangan dengan tusukan jarum, penghangatan moksa (gulungan daun Artemisia vulgaris yang dibakar), atau alat lain yang kini semakin canggih.
Di Cina pengobatan ini dipraktikkan sejak ribuan tahun. Akupunktur merupakan salah satu cabang pengobatan tradisional Cina yang efektif untuk mengobati beberapa penyakit yang dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan alternatif.
Untuk menguasai ilmu ini, seseorang harus memahami beberapa teori antara lain teori nyin dan yang, lima unsur yaitu logam, tanah, air, kayu dan api. Juga teori meredian akupunktur, zhang fu, teknik tusuk jarum, mekanisme dan etiologi penyakit, deferensiasi sindrom.
Pada pengobatan ini, jarum yang digunakan memiliki berbagai ukuran. Ada yang berukuran 0,25x 13 mm, 0,25×25 mm, 0,30 x40 mm sampai ukuran 0,30 x 75 mm. Penggunaannya tergantung pada letak titik yang akan di tusuk atau penyakit si pasien.
Pengobatan akupunktur bekerja dengan menghambat perangsangan saraf nyeri dan menstimulus pelepasan endorfin (morfin yang terdapat dalam tubuh manusia). Pengobatan akupunktur digunakan untuk mengobati bermacam penyakit baik tersendiri maupun bersama dengan pengobatan lain.
Di Cina akupunktur telah dipergunakan untuk mengobati lebih dari 300 macam penyakit, seperti analgesia, anti nyeri pada pencabutan gigi maupun pada berbagai bidang pembedahan, juga penyakit nyeri pinggang bawah, nyeri servikal (leher), nyeri bahu, dan lain-lain.
Keadaan lain yang diobati dengan akupunktur ialah nyeri saraf, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit tekanan darah rendah, bronkitis kronis, asma bronkial, gejala putus obat, sakit kepala, radang sendi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan buang air besar (konstipasi), kelumpuhan , nyeri haid, kerusakan saraf pasca infeksi virus herpes, serta tuli syaraf. Di Indonesia, ilmu pengobatan ini sudah diakui terbukti dengan terbentuknya IKNI yaitu Ikatan Naturopatis Indonesia dan pada tahun 1986 terbentuk DPD IKNI untuk Jawa Timur. (NDA, disarikan dari berbagai sumber)