Website Resmi Forum Kerukuman Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo

Perempuan GKJW Gelar Sarasehan Perempuan Umat Beragama

Seksi Perempuan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sidoarjo pada Sabtu, 21 Juli 2018 menggelar Sarasehan Perempuan antar Umat Beragama. Bertempat di Sekretariat GKJW Sidoarjo, Jl. Kombespol M. Duryat nomor 66 Sidoarjo, acara tersebut menghadirkan 3 narasumber perempuan dari 3 agama berbeda.

Narasumber pertama mewakili perempuan Islam yakni Dra. Hj. Subchiyah Adimara yang merupakan aktivis Muslimat NU, pemateri kedua dr. Kitriyani Aryana wakil dari Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI), dan ketiga adalah Pendeta Anggrani dari GKJW Mlaten Krembung.

Sebelum sarasehan dimulai, Pendeta Kristanto dari GKJW membuka acara tersebut. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa kegiatan itu menjadi salah satu sarana bertemu bagi perempuan antar umat beragama di Sidoarjo. Tujuannya untuk meningkatkan rasa empati, toleransi, kerja sama, dan kerukunan antar umat.

“Kerjasama para perempuan didasarkan pada kepentingan bersama sebagai satu bangsa. Dalam hal pendidikan kerukunan yang dimulai dari keluarga. Ini bisa dilakukan kaum perempuan,” kata Kristanto.

Mengawali sesi Hj. Subchiyah Adimara menyampaikan bahwa dirinya mendukung yang disampaikan pendeta Kristanto. Perempuan merupakan ujung tombak dalam penanaman kerukunan di tingkat keluarga.

Dalam Islam, lanjutnya, toleransi bermakna tidak ada paksaan. Hal itu tertuang dalam kitab sucinya yang berbunyi “bagiku agamaku dan bagimu agamamu,” kata Subchiyah.

Sementara itu, dr. Kitriyani Aryana menyampaikan dalam prespektif agama Hindu bahwa toleransi akan membawa manusia memiliki kerendahan hati dalam bergaul dengan orang yang berbeda. Toleransi akan membawa kehidupan sosial jauh dari sikap benci dan bermusuhan.

Agama Hindu pun memiliki konsep ajaran bernama Harmoni, artinya hubungan baik. Inti dari ajaran tersebut yakni harmoni dengan Tuhan, harmoni dengan alam semesta, dan harmoni dengan sesama manusia.

“Ajaran tentang toleransi kepada sesama manusia adalah bagian dari menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial,” kata Kitriyani.

Mempertegas narasumber pertama dan kedua, Pendeta Anggrani Mahardini Tinoepikso menyampaikan, peristiwa kekerasan dan radikalisme semakin memprihatinkan karena pelakunya perempuan dan anak-anak, seperti yang terjadi di Surabaya Mei lalu.

Oleh karenanya, butuh komitmen bersama untuk mengajarkan hidup damai, rukun, dan toleran dari keluarga. Karena keluarga merupakan akar dari kehidupan sosial. “Jika ingin membentuk bangsa yang baik, bangsa yang damai maka harus dimulai dari keluarga,” jelas Anggrani.

Sekretaris FKUB-M. Idham Kholiq yang hadir bersama anggota FKUB berharap kegiatan semacam itu dapat menjadi rintisan kegiatan perempuan FKUB selanjutnya. Jika diperlukan wadah khusus, maka FKUB bisa memfasilitasi.

Peserta sarasehan berasal dari kaum perempuan GKJW, HKBP, Wanita Katholik, Wanita Hindu, Fatayat, Muslimat dan ibu-ibu sekitar gereja.

Leave A Reply

Your email address will not be published.