Website Resmi Forum Kerukuman Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo

Pahlawan Zaman Old dan Zaman Now

Oleh Hengky Rianto.

Di penghujung bulan kemerdekaan di tahun 2020 ingatan kita masih tertuju kepada para perjuangan dan pahlawan bangsa ini. Adapun pejuang masa lalu dan pejuang masa kini.

Pejuang masa lalu adalah mereka yang sudah berkorban dan telah gugur mendahului kita. Sementara, pejuang masa kini di antaranya mereka yang masih berjibaku melawan Virus Korona.

Seperti para pendahulunya, semangat dan tekad perjuangan masa kini tetap tanpa membedakan ras, suku, dan Agama. Di tangan merekalah manusia Indonesia tidak hanya merdeka tetapi juga sehat dan kuat menjalani masa-masa sulit saat pandemi.

Pandemi Covid-19 jadi lawan tangguh mereka. Karena, wujud dan penampakannya tidak bisa dilihat secara kasat mata. Sehingga, tak sedikit dari mereka jadi korban.

Korban keganasan Virus Korona ini pun tidak hanya terenggut nyawanya, tetapi secara ekonomi, sosial, dan budaya juga merusak. Pasalnya, akses dan ruang gerak manusia dibatasi.

Tak sedikit perusahan harus membatasi produksinya karena larangan pengumpulan orang dengan kebijakan social distancing. Pusat perdagangan dan industri sepi karena kebijakan pembatasan, sehingga daya beli masyarakat turun.

Tak sedikit negara merasakan hal itu, terutama negara maju yang memiliki pusat industri. Pahitnya lagi, resesi pun menghentikan Pahlawan keluarga yang biasa berjuang menafkahi.

Rumah ibadah mengalami hal sama. Jemaat yang biasanya memenuhi rumah-rumah ibadah berkurang, bahkan diliburkan. Dampaknya, sisi spiritual yang menjadi penguat hidup di masa-masa sulit dikhawatirkan lemah.

Momen kemerdekaan harus menjadi penguat para pahlawan dan pejuang pewaris kemerdekaan. Tak hanya tenaga kesehatan, tetapi semua elemen masyarakat harus kembali saling menguatkan, tetapi dengan normal baru.

Masa pandemi jangan hanya dianggap sebagai sebuah bencana. Namun, jadikan sebagai masa untuk saling menguatkan dan memberi dukungan. Sehingga, terbentuk kebersamaan melawan wabah Covid-19.

Bagi kami umat Khonghucu, orang beriman dan berbudi luhur bisa hidup rukun walaupun berbeda, dan orang yang rendah budi biarpun sama tidak akan bisa rukun (Lunyu XIII:23).

 

Penulis adalah wakil ketua TITD Teng Swi Bio Krian.

Leave A Reply

Your email address will not be published.