Website Resmi Forum Kerukuman Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo

Oktober, Bulan Istimewa bagi Indonesia

20171001 viktor sagala2
Penulis: Viktor Sagala
Seksi Hubungan Antara Agama dan Kepercayaan (HAK) DPP Gereja Katolik Paroki St.Maria Annuntiata Sidoarjo.
Dosen Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Dr.Soetomo Surabaya

Sidoarjo, Sabtu, 1 Oktober 2017

Oktober benar-benar merupakan bulan yang istimewa terutama bagi bangsa Indonesia. Oktober diawali denga Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Hari Batik Nasional (2 Oktober), Hari TNI (5 Otober), dan sebagainya sampai ke Hari Hak Asasi Binatang (16 Oktober), dan diakhiri dengan Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober). Total ada 19 hari istimewa di bulan Oktober ini.

Semua hari-hari itu menarik untuk disimak, tapi penulis memfokuskan diri kepada tiga hari penting bagi bangsa Indonesia. Apabila diurutkan menurut sejarahnya, ketiganya adalah 28 Oktober 1928 Hari Soempah Pemoeda, kemudian 5 Oktober 1945 Hari Tentara Nasional Indonesia, dan 1 Oktober 1965 Hari Kesaktian Pancasila.

1. Sumpah Pemuda 28 Oktober

Tidak mudah membayangkan, bagaimana Jong Bataks, Jong Sumatera, Jong Selebes dan Jong (Pemuda) seantero Nusantara datang ke Jakarta pada 1928 untuk menyatukan ikrar: “Kami putra dan putra Indonesia berbangsa, berbahasa dan bertanah air yang satu, Indonesia”. Naik kenderaan apa para pemuda itu? Berapa hari waktu yang mereka butuhkan dalam perjalanan menuju Jakarta? Bagaimana mereka menentukan pemimpinnya? Bagaimana prosesnya hingga mereka sepakat mengikrarkan sumpah itu?

Sungguh suatu misteri, sungguh suatu muzijat, sungguh sangat sukar dibayangkan. Akan tetapi, sejarah tidak bisa dipungkiri, bahwa 79 tahun lalu para pemuda Indonesia sudah mampu berkolaborasi, membentuk jaringan, bersatu-padu menjunjung nama Indonesia, bercita-cita merdeka. Kita juga tidak mampu mendalami pikiran Wage Rudolf Supratman ketika menggubah lagu “Indonesia Raya”, Liberty Manik menggubah lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” jauh sebelum kemerdekaan Indonesia terwujud.

Oleh sebab itu, sangatlah disayangkan apabila pemuda sekarang tidak menghargai usaha para pejuang tersebut, para tokoh pendiri bangsa ini. Generasi sekarang harus meneladani perjuangan para pendiri Indonesia ini, yang mempunyai visi jauh ke depan. Sangatlah kontra produktif apabila generasi sekarang masih melakukan diskriminasi suku, ras, agama, golongan, aliran, paham dan pembeda lainya. Perbedaan adalah fitrah bangsa kita, tidak ada sekelompok orang yang berhak mengklaim paling berjasa memerdekakan Indonesia. Semua berjasa, masing-masing memberi kontribusi, sesuai dengan porsi peranan yang berbeda.

2. Hari TNI 5 Oktober

Tentara Indonesia berasal dari pejuang rakyat, anak kandung rakyat yang semata-mata berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Ada berbagai laskar pejuang yang tadinya berjuang parsial, namun akhirnya bersatu dalam wadah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Oleh karena itu, TNI harus senantiasa menjaga persatuan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, golongan. TNI bukan milik sekelompok orang, melainkan milik segenap bangsa Indonesia. TNI harus senantiasa berada di garda terdepan ketika ada ancaman, tantangan dan gangguan baik dari luar maupun dalam terhadap keutuhan negara.

Pemerintah NKRI sudah pernah mencoba berbagai model hubungan bersama TNI. Tentu kesemuanya itu penuh dengan dinamika. Meski demikian, berbagai pengalaman berharga itu perlu dikaji dan hasilnya menjadi pedoman untuk dilakukan di masa depan, demi terciptanya kebersamaan TNI, rakyat dan pemerintah membangun Indonesia.

Sangat disayangkan apabila ada oknum atau kelompok yang menginginkan Pemerintah dan TNI tidak rukun. Harus diwaspadai gerakan pembentukan opini para oknum pemecah belah, yang menginginkan ketidakrukunan TNI-Pemerintah. Tentunya, hal tersebut hanya demi memenuhi syahwat politik mereka. Pemuda harus jauh lebih cerdas dan bijaksana membaca arah gerakan para politikus berlaku curang itu.

3. Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober

Pancasila lahir dari hati nurani bangsa Indonesia, dijiwai ajaran agama-agama dan kepercayaan serta budaya rakyat Indonesia. Tidak ada nilai-nilai Pancasila yang bertentangan dengan agama atau kepercayaan. Sejak dicetuskan oleh bapak pendiri bangsa, ditetapkan sebagai dasar Negara Kesatuan RI, 18 Agustus 1945, maka tidak ada alasan apapun untuk menolak Pancasila. Meskipun dalam perjalanannya, para pemuka bangsa ini sempat berselisih paham hingga rapat Konstituante bertahun-tahun hendak mencari dasar negara alternatif, namun mereka gagal. Tuhan menuntun hambanya, Presiden mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 kembali ke UUD 1945. Pada akhirnya, Pancasila tetap sebagai dasar negara Indonesia.

Dalam perjalanan selanjutnya, Pancasila berulang-ulang mendapatkan ujian, hampir dipinggirkan. Namun Tuhan menentukan bahwa bangsa Indonesia harus bersatu dalam kebhinnekaan, berdasar Pancasila dan UUD 1945. Pancasila telah teruji, tiada pilihan lain.

4. Ke-Indonesiaan dan Kristianitas

Seluruh rakyat Indonesia harus senantiasa waspada akan ideologi tandingan yang dicoba-coba berbahagai pihak hendak disusupkan menggantikan Pancasila. Namun umat beragama harus dengan percaya diri menepis segala bentuk gangguan yang mengoyak keutuhan NKRI. Setiap warga negara hendaknya meningkatkan kadar ke-Indonsiaan dan sekaligus meningkatkan keberagamaan. Tujuannya tentu agar tercipta bangsa kita yang ideal, agamis dan nasionalis sejati.

Menurut versi Kristiani (Katolik) ke-Indonesiaan tidak terpisahkan dari keberagamaan, dengan jargon “100 {272fb2cb2e1814ac6f78283889b93ba3bec936be4b2fc7c9984aa523d852c9b0} Katolik, 100{272fb2cb2e1814ac6f78283889b93ba3bec936be4b2fc7c9984aa523d852c9b0} Indonesia”. Jargon ini menjadi jati diri, perilaku hidup beragama maupun bermasyarakat. Kristianitas tidak mengurangi ke-Indonesiaan, namun sebaliknya meningkatkan kadar ke-Indonesiaan. Demikian juga, ke-Indonesiaan tidak sedikitpun mengurangi kadar keimanan, melainkan justru meningkatkanya. Menjadi Katolik yang baik belum cukup. Menjadi warga Indonesia yang baik pun belum cukup. Namun, harus kedua-duanya, yaitu seorang warga Indonesia yang 100{272fb2cb2e1814ac6f78283889b93ba3bec936be4b2fc7c9984aa523d852c9b0} Katolik, dan seorang Katolik yang 100{272fb2cb2e1814ac6f78283889b93ba3bec936be4b2fc7c9984aa523d852c9b0} Indonesia. Penghayatan ini sampai merasuk ke sukma terdalam, dilantunkan dalam kidung pujian, merasuk ke kalbu melalui ritual ibadah.

Biginilah bunyi syairnya:

“Betapa agung karya Tuhan, ciptaanNya mengagumkan. Betapa indah Nusantara yang sungguh luas membentang. Rakyatnya kini telah merdeka, bersatu dalam aneka, berdasar pada Pancasila, beriman pada Yang Esa.
Berkati umatMu selalu dengan iman dan kasihMu, supaya dalam tingkah laku setia pada hukumMu.
Ref: Syukur kepadaMu Tuhan, sebab besarlah kasihMu kepada umatMu. Engkaulah Allah yang Besar, terpuji namaMu selama-lamanya”.
(Puji Syukur 706)

Semoga seluruh warga Sidoarjo merupakan umat beragama yang taat, tinggi kadar keimanannya. Menjadi warga Indonesia yang baik, terutama menjadi warga Sidoarjo yang bersih hatinya.

Kita Indonesia
Kita Pancasila

(Edit by NDA)

Leave A Reply

Your email address will not be published.