Website Resmi Forum Kerukuman Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo

Kerukunan Umat di Forum dan Keluarga

Foto ilustrasi

Ada banyak cara mewujudkan kerukunan di antara perbedaan yang ada di negara kita Indonesia, salah satunya dengan membentuk forum. Namun, jika hanya forum berarti jumlah anggotanya akan terbatas karena hanya menampung tokoh, perwakilan, atau pimpinannya saja. Selain itu terkesan resmi dan terstruktur.

Hasil perwujudan kerukunan versi forum pun hanya sebatas pelaporan di atas kertas, laporan pertanggungjawaban, mungkin juga sampling kondisi-kondisi kerukunan yang tidak merata.

Berbeda jika kerukunan dibentuk bukan hanya dengan “forum” tetapi “keluarga”. Secara terminology istilah keluarga lebih memiliki kedekatan dibandingkan forum. Artinya, jika forum dipandang terbatas, maka membentuk keluarga jadi bagian penting untuk membangun kedekatan supaya bisa menjangkau bagian yang sulit.

Jika memang anggotanya besar, tinggal memodifikasi namanya menjadi “keluarga besar”. Cukup beralasan, karena membentuk keluarga besar di Indonesia yang tidak hanya besar secara kuantitas tetapi juga besar secara karakter dan ciri khasnya. Bahkan besar berdasarkan perbedaan wilayah atau daerah asal.

Untuk menyatukan perbedaan-perbedaan itu, membentuk keluarga jadi solusi efektif. Pasalnya, tidak terlalu resmi, informal, santai, pokok bahasannya tidak terbatas, dan bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki perasaan canggung berbicara di forum.

Kedekatan yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga besar pun tidak sebatas sambil duduk di atas kursi dan di depan meja. Bisa dengan apapun yang sekiranya nyaman untuk ngobrol dan menyampaikan curhatan. Tempatnya pun menyesuaikan keinginan dan tidak memiliki syarat dan kriteria tertentu.

Selain secara terminology nama keluarga lebih cocok, nama itu juga bisa meng-counter perselisihan yang mungkin muncul karena perbedaan sikap dan pandangan. Keluarga juga memudahkan menentukan arah, sikap, atau pilihan.

Kita bisa ambil contoh sederhana Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sidoarjo yang memiliki Keluarga Besar Forum Kerukunan Umat Beragama (KB FKUB) Kabupaten Sidoarjo. KB FKUB saat ini ruang lingkupnya tak sebatas perbedaan agama saja, tetapi ras dan suku, ada di dalamnya.

Tanpa mengurangi tugas dan fungsi utama FKUB, keluarga besar itu dibentuk tanpa struktur. Karena tak berstruktur, bidang garapnya pun tak terbatas. Jika dibandingkan jumlahnya, FKUB hanya menampung 17 pengurus dengan SK Bupati, sedangkan KB FKUB anggotanya mencapai 164 partisipan dan bisa berkembang meskipun hanya dengan komitmen kebhhinekaan.

KB FKUB itu jadi satu-satunya yang dimiliki FKUB kabupaten/kota di jawa timur. Searching di internet pun secara nasional tidak menemukan FKUB yang memiliki keluarga besar.

Kita bisa menyimpulkan bahwa butuh komunitas untuk komunikasi interpersonal. Selain itu, jadi wadah penyampaian berbagai hal yang bersifat sensitive supaya meminimalkan ketersinggungan.

Kerja sama intensif pun dapat terbangun di wadah itu. Kegiatan bisa dilakukan secara mandiri atas dasar kemanusiaan dan komitmen kebhinekaan. Semua anggota memiliki hak dan kewajiban sama dan bersama-sama menjalankan.

Keluarga besar terbangun tidak berlandaskan teori social tetapi dari nilai social dan kearifan local sebuah peradaban perbedaan. Tidak terbatas di dalam ruang dan waktu, tidak terpengaruh kondisi dan situasi, dan mandiri tanpa intervensi.

Bersama-sama satu keluarga besar harus merendahkan diri, saling melayani, dan memberi support. Dan yang paling mengena yakni dapat membangun humor sehat yang menyenangkan agar suasana tidak monotone.

Karena humor jadi salah satu bukti dan tolok ukur sudah terjalinnya kedekatan. Tetapi tetap saling mengingatkan batas-batas candaan.

Perbedaan yang terjalin dalam sebuah keluarga juga harus memiliki kemampuan untuk mem-filter perbedaan baru yang datang. Supaya perbedaan yang sudah ada dapat terlestarikan dan bisa dimodifikasi dengan hadirnya perbedaan baru yang dirasa positif.

Tetapi pola penyaringan perbedaan jangan sampai terkesan eklusif. Karena eklusifisme musuh kebersamaan, apalagi kebersamaan dalam perbedaan.

Bincang-bincang tentang sejarah atau masa lalu para pendahulu yang mengedepankan sikap menghargai dan toleransi juga penting untuk disampaikan. Karena kalau ada kesamaan cerita sejarah dengan anggota keluarga lainnya akan memperkuat hubungan dalam keluarga karena sama-sama meneladani para pendahulu.

Kultur nenek moyang nusantara contohnya, yang terbuka dengan perbedaan dari luar yang menghasilkan keberagaman nusantara hingga saat ini. Selain itu, merawatnya yang penuh perjuangan harus jadi falsafah hidup di Indonesia.

Merajut perbedaan sederhananya hanya butuh mencoba mendekat kepada perbedaan. Setelah itu membangun komitmen bersama karena sudah dekat dan kenal antara satu dengan lainnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan keluarga besar dengan perbedaannya namun saling menguatkan.

Penulis adalah admin website FKUB Sidoarjo.

1 Comment
  1. Viktor Sagala says

    Keluarga Besar FKUB menopang tugas FKUB, mempraktikkan kerukunan yang nyata.

Leave A Reply

Your email address will not be published.