Kafe FKUB : Media Sosial dan Diskusi
Sidoarjo, Senin, 4 September 2017
Keluarga Besar Forum Kerukunan Umat Beragama (KB-FKUB) mulai melebarkan sayap dengan membuka Kafe Kabinet atau bisa disebut juga Kafe FKUB. Kafe ini terletak di Jl. Sultan Agung No 17, Sidoarjo (dulu kopi medan–Red). Kafe dibuka untuk umum mulai hari ini. Meski demikian, sejak kemarin Sabtu dan Minggu (2-3/9) kafe memulai launching di kalangan anggota KB-FKUB.
Pada launching semalam, dihadiri oleh berbagai penggiat dan pemimpin umat dari berbagai agama. Terlihat hadir pula Komandan Kodim 0816 Sidoarjo, yaitu Bapak Letkol. Inf. Fadli Mulyono, SIP.
Salah satu anggota KB-FKUB yaitu Bapak Yohanes Theo adalah pemilik Kafe ini. Bapak Yo, demikian ia biasa dipanggil, menyatakan bahwa keberadaan kafe ini awalnya merupakan hasil bincang santai dari teman-teman KB-FKUB yang membutuhkan tempat nyaman dan santai untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Pak Yo, berusaha merealisasikan keinginan tersebut dengan membuka kafe atau “warung kopi” ini.
Mengapa harus kafe? demikian pertanyaan yang tentu terbersit dari pemikiran para pembaca. “Jawabnya simpel, karena warga KB-FKUB rata-rata hobi ‘ngopi’, ” jelas Pak Yo. Ngopi merupakan salah satu sarana yang digunakan para anggota KB-FKUB untuk berdiskusi tentang berbagai persoalan sosial kemasyarakatan terutama yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.
Menurut M. Idham Kholiq, selaku Sekretaris FKUB Sidoarjo, keberadaan kafe ini merupakan sebuah media untuk berdiskusi dan berhubungan sosial. Hasil dari diskusi tersebutlah yang kemudian seringkali menjadi sebuah tindakan nyata seperti diadakannya Safari Kebangsaan yang telah berlangsung dua kali dan akan berlanjut sampai ke lima kali nanti. “Ini berarti kafe bisa bertindak sebagai media untuk berhubungan sosial sekaligus forum berdiskusi mulai dari hal ringan, remeh-temeh sampai hal yang serius”, tandas Idham.
Kafe Kabinet ini pada hakikatnya juga sebagai sarana untuk memberikan peluang bekerja bagi orang-orang yang membutuhkan terutama yang berada dalam Pondok Pemulihan Effrata. Pondok ini juga milik Pak Yo. Ia memang orang yang memiliki respek tinggi terhadap persoalan sosial kemanusiaan. Tahun lalu Pak Yo mendirikan Pondok Pemulihan Effrata yang bertujuan merawat dan membantu para pengguna, bahkan yang sakit jiwa. Dari sini, sebagian dari mereka belum memiliki pekerjaan, sehingga setelah keluar dari pondok harus dicarikan jalan keluar. Pembukaan kafe menjadi salah satu solusi dimana Pak Yo bisa memberi pekerjaan bagi anggota pondok sekaligus tempat berkumpul dan diskusi anggota KB-FKUB.
Pendirian kafe 100 persen dari dana Pak Yohanes Theo. Namun demikian, ia berkeinginan agar hasil dari kafe ini juga akan bisa memberi kontribusi bagi kedua lembaga yang diminatinya yaitu Pondok Pemulihan dan KB-FKUB. “Mungkin nanti hasilnya tetap akan saya bagi untuk pengembalian modal, serta untuk pondok dan KB-FKUB”, jelasnya.
Kafe atau yang biasanya disebut dengan warung kopi indentik dengan suasana sederhana dan simpel dimana semua golongan berkumpul tanpa harus memandang pekerjaan , ras , agama , dan strata yang ada. Kafe ini biasanya di kunjungi oleh orang-orang untuk beristirahat atau menghilangkan kesuntukan dalam pekerjaan. Sering pula digunakan untuk bertukar pikiran.
Kafe ini tidak hanya menjual kopi tetapi juga berbagai jenis makanan dengan model prasmanan dan nasinya gratis tidak membayar. Kafe akan buka mulai pukul 10-22 WIB setiap hari. Pak Yo menjelaskan bahwa dia sendirilah yang akan memasak berbagai jenis makanan tersebut.
Sisi unik dari kafe ini adalah, Pak Yo menyajikan berbagai jenis kopi yang ada di Indonesia. “Indonesia ini adalah negara ke-4 penghasil kopi di dunia. Sudah saatnya kita peduli terhadap kopi di Indonesia” ujar Pak Yo.
Kafe Kabinet akan mengajarkan cara dan tehnik pembuatan kopi yang benar. Pemberian berbagai pengetahuan tentang kopi tersebut dilakukan oleh para ahli. “Ya seperti bartender gitulah”, jelas Pak Yo. Uniknya, semua itu diberikan dengan gratis. Pengunjung dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kopi tanpa dipungut biaya tambahan apapun. “Kafe ini, 100 persen menggunakan kopi yang berasal dari Indonesia. Kami punya perkebunan sendiri di Papua”, lanjut Pak Yo menutup perbincangan. (NDA/STF)