FKUB Gelar Dialog Memaknai Ramadan dalam Prespektif Sosial
Menyambut bulan suci Ramadan, FKUB Sidoarjo bersama Radio Suara Sidoarjo menggelar live dialog interkatif bertemakan Ajaran Ramadhan dalam Nilai-nilai Sosial. Bertempat di cafe Tioly pada Senin, 7 Mei 2018 malam, acara tersebut dihadiri sekitar 150 orang perwakilan tokoh agama, keluarga besar FKUB beserta Generasi Mudanya, dan masyarakat pengunjung cafe.
Dialog kali ini dihadiri Ketua FKUB H. Muhammad Kirom, Romo Agustinus Tribudi Utomo dari Paroki, dan Sekretaris FKUB Sidoarjo M. Idham Kholiq.
Mengawali sesi dialog Romo Agustinus menyampaikan bahwa kalau umat islam berpuasa Ramadan selama 1 bulan umat Katolik juga melakukan hal yang sama. “Selama masa pra-Paskah umat Katolik juga melakukan puasa selama 40 hari,” katanya.
Selain itu umat Katolik juga menerima mandat dari Paus untuk bekerja sama dengan umat muslim. Isi kerja sama bersifat khusus karena disesuaikan dengan tema yang disepakati bersama umat muslim dunia. Contoh tema yang disampaikan tahun lalu yakni ajakan untuk merawat bumi.
Ajakan kerja sama tersebut dimulai sejak tahun 1973. Selain berisikan kerja sama isi surat juga menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri dan selamat berpuasa kepada muslim dunia.
Menanggapi hal itu Ketua FKUB menyambut baik apa yang disampaikan romo. Bulan Ramadan merupakan rahmat bagi seluruh umat manusia yang beriman, bukan hanya muslim saja. Hal itu tertuang dalam Alquran yang menyebutkan kata orang beriman -bukan orang islam saja anjuran berpuasa.
Makna puasa juga luas. Di antara untuk menjaga kesehatan dengan mengurangi aktifitas pencernaan selama 1 bulan. Selain itu untuk proses pendewasaan dengan merasakan rasa lapar dan haus orang-orang yang masih kekurangan.
Abah Kirom pun menceritakan peristiwa nabi usai hijrah ke Madinah. Saat itu nabi memerintahkan seluruh penduduk Madinah untuk berpuasa. Hasilnya, terjalin masyarakat Madinah yang toleran dan suka menolong antara yang kaya dan miskin.
Artinya dari rasa lapar mereka belajar merasakan kekurangan orang lain yang masih membutuhkan pertolongan.
Sekretaris FKUB menambahkan, dalam prespektif FKUB kehadiran agama dengan berbagai ritual dan tradisinya harus memberikan rahmat bagi semuanya. Tidak benar bila kehadiran beserta ajarannya menjadi ancaman.
Termasuk kehadiran bulan Ramadhan, harus menjadi berkah dan rahmat bagi lainnya. Timbal baliknya, umat selain muslim juga perlu mengembangkan sikap tenggang rasa bahwa ada umat islam yang berpuasa.
Saling tenggang rasa merupakan sikap konstruktif dalam tata hubungan antar umat beragama daripada memberlakukan larangan atau sanksi.
Pertanyaan pun datang dari pendengar radio Suara Sidoarjo bernama Babe. Ia menanyakan tentang cara menyikapi warung yang buka di siang hari selama bulan Ramadan.
Menanggapi hal itu Abah Kirom menjelaskan, pemerintah kabupaten Sidoarjo bersama Majelis Ulama Indonesia menghimbau para penjual makanan untuk menghormati orang berpuasa meskipun tidak menutup usahanya. Hal itu dikarenakan Indonesia bukan negara Islam sehingga harus menghormati orang yang tidak berpuasa pula.
Himbauan pun disampaikan untuk kegiatan tadarus Alquran malam hari untuk tidak menggunakan pengeras suara lewat pukul 10 malam.
Romo pun mengaku bahwa ada larangan bagi umat Katolik untuk membuat kegiatan bagi-bagi tajil. Ia menyaranakan, jika umat Katolik ingin menyumbang atau sedekah di bulan Ramadan harus diberikan kepada takmir masjid-musalah, panitia kegiatan amal, atau bergabung dengan FKUB Sidoarjo. “Kami takut disalahartikan kalau kami buat acara bagi-bagi tajil,” ungkapnya.