Dialog untuk Kokohkan Toleransi
Oleh: Achmad Rifai’i
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat di kalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan atas.
Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain.
Sebagai implementasinya dalam praktek kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Toleransi umat beragama hingga masih diselimuti berbagai persoalan, seperti klaim kebenaran suatu agama dengan agama lain, mendorong penganutnya untuk memaksakan kebenaran itu dan bersifat sangat fanatik terhadap kelompok agama lain. Lebih tragis lagi ketika penyebaran agamanya menggunakan kekerasan bahkan sampai menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa contohnya saling merusak tempat ibadah,terjadinya bom bunuh diri, dan sebagainya.
Terjadinya kekerasan antar umat beragama disebabkan kurangnya pemahaman atau pendalaman tentang toleransi antar umat beragama itu sendiri atau, karena kepentingan politik dan fanatisme dari masing masing pemeluk agama.
Toleransi dalam perspektif Islam dikenal dengan istilah “tasamuh,” yang berasal dari kata “sa-ma-ha” memiliki arti tasahul (kemudahan). Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau bersabda, “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).” Dari definisi itulah kemudian dijadikan dasar toleransi dalam Islam, bahwasanya Islam memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa yang ia mampu termasuk menjalankan apa yang diyakini sesuai dengan ajaran masing-masing tanpa ada tekanan dan tidak mengusik ketauhidan.
Tasamuh justru mengajarkan kita untuk meyakini kebenaran hanya berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, atau dengan kata lain tasamuh menghendaki adanya pluralitas bukan pluralisme. Tasamuh mengandung konsep yang rahmatanlil ‘alamin. Berdasarkan surat Annahl ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Dalam ajaran Islam menganjurkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia, melarang berbuat jahat dan saling menyakiti diantara pemeluk agama yang satu dengan yang lain. Bahkan dianjurkan untuk saling menghargai, saling berbagi dalam hal social kemasyarakatan. Tetapi dalam hal ketauhidan islam tegas bagimu agamamu bagiku agamaku.
Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka. kesimpulannya bahwa Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, mendiamkan, dan menghargai.
Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting. Sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah SAW kepada non muslim.
Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan tidak bersikap sinkretis atau menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia ada beberapa sebab, antara lain rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik, dan sikap fanatisme.
Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
Penulis merupakan wakil sekretaris Pengurus Cabang NU Sidoarjo.