Website Resmi Forum Kerukuman Umat Beragama Kabupaten Sidoarjo

AGAMA PEMBAWA BERKAT


Ditulis: Maradona Sibagariang, S.Si.(Teol), MSi.

Keberagaman bangsa Indonesia adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selama kurun waktu 73 tahun, identitas dan integritas bangsa ini mengalami pasang surut karena berbagai persoalan yang menghadang, terutama yang berkaitan dengan isu-isu SARA. Namun, patut disyukuri bahwa bangsa ini masih tetap kokoh di usianya yang sebentar lagi mencapai satu abad.

Pergumulan dan perjuangan mempersatukan negeri ini, tidaklah mudah. Tetapi dengan kekuatan pemersatu yang sudah teruji yakni Pancasila-bangsa ini bisa tetap solid dan kuat.

Beberapa dekade terakhir, marak bermunculan gerakan-gerakan separatis atau golongan berbaju agama yang hendak menggulingkan tatanan bangsa ini yang telah dibangun dengan pengorbanan para pahlawan. Sistim negara Pancasila dianggap sudah usang dan lebih tragisnya dianggap kafir.

Inilah fenomena yang sedang terjadi dan sudah merasuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat. Gerakan-gerakan ini sangat masif dan menyasar golongan muda (golongan milenial).

Mereka membuat bungkus yang menarik, sehingga lebih mudah memikat generasi muda. Salah satu langkah yang monumental untuk menghempang gerakan radikal tersebut adalah keberanian pemerintah melarang kehadiran kaum radikalis seperti HTI.

Namun perjuangan tidak berhenti sampai di situ, sebab dibutuhkan kerjasama dan niat baik dari seluruh lapisan masyarakat khususnya penganut agama yang berjiwa nasionalis untuk membangun dan mengokohkan negara Pancasila ini.

Niatan yang baik dalam membangun bangsa ini sangat dibutuhkan. Setiap agama yang diakui di negara ini punya tanggung jawab untuk membangun negeri ini. Dalam pada itu, Gereja juga mesti punya andil yang nyata dalam berpartisipasi mewujudkan bangsa yang penuh damai sejahtera.

Gereja akan mati dengan dengan sendirinya ketika ia menutup diri dan ketika sibuk dengan dirinya sendiri saja. Dalam kitab Yeremia 29:7 disebutkan: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Nas ini menjadi pondasi misi Gereja dalam keterlibatannya dalam berbangsa dan bermasyarakat. Dimana pun dan kapan pun, Gereja punya tanggung jawab menjadi saluran berkat dengan cara memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan seluruh umat. Sebab dengan cara demikianlah Gereja akan memiliki makna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Perlu diingat juga bahwa kemauan untuk terlibat membangun negeri ini harus didorong dari hati yang tulus dan ikhlas, bahwa bangsa ini merdeka hanya oleh karena anugerah Tuhan. Dalam Injil Matius 22: 37-39 disebutkan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Nas ini menitikberatkan pada cara orang Kristen (gereja) berada di tengah-tengah bangsa yang notabene sangat beragam. Kasih harus disebarkan tanpa memandang muka, sebab Tuhan juga mengasihi umat manusia bukan dengan pilih kasih. Ini juga menjadi pedoman penting bagi umat Kristen, bahwa perilaku-perilaku “mengkafirkan” orang lain adalah tindakan picik dan tidak dewasa, sebab bagaimana kita bisa mengasihi orang lain sementara di benak kita selalu tersimpan kebencian.

Menjalin relasi, dalam hal toleransi umat bergama, harus didasari dan didorong oleh cinta kasih tanpa pamrih dan juga dengan ketulusan hati. Tanpa itu, relasi yang dibangun hanya akan bersifat transaksional, dimana untung-rugi menjadi tolok ukurnya.

Bagi umat Kristen, eksistensinya sebagai orang-orang yang telah menerima cinta kasih Tuhan, menjadikan dirinya sebagai cerminan dan saluran cinta kasih Tuhan bagi sesamanya manusia, tanpa memandang muka. Relasi dengan orang lain mesti dibangun oleh kerinduan untuk berbagi kasih dengan orang lain. Inilah jalan yang ditempuh oleh Gereja untuk menunjukkan keberadaan dan kebermaknaan dirinya bagi bangsa ini.

Dengan prinsip yang demikian, jalan untuk membangun toleransi umat beragama akan semakin terbuka lebar. Toleransi ini tidak sekedar berjumpa atau bersilaturahmi, namun jauh lebih mendalam yaitu ketika terjadi keterlibatan dari hati ke hati dalam tindakan sosial kemanusiaan.

Aksi-aksi sosial kemanusiaan adalah wadah terbaik bagi paguyuban lintas agama. Perjumpaan Lintas Agama (baca: FKUB) bukanlah wadah untuk mencampuradukkan atau mempertentangkan dogma, namun sarana untuk menunjukkan wujud sosial dari iman dan agama masing-masing pemeluknya. Keterlibatan ini tidak hanya sekadar institusional saja, melainkan terutama di kalangan grass root melalui praktik hidup sehari-hari.

Gereja juga harus bergandengan tangan dengan pemerintah untuk membangun kemaslahatan masyarakat Indonesia. TB. Simatupang mengatakan: “Gereja mengakui bahwa negara adalah perpanjangan tangan Tuhan yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu, gereja dan negara harus bahu-membahu dalam mengusahakan penegakan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Gereja mempunyai kewajiban untuk menaati hukum negara. Sebaliknya, begara berkewajiban mengayomi dan melindungi seluruh rakyatnya, termasuk gereja, agar leluasa dalam menjalankan fungsi dan panggilannya masing-masing. Negara Indonesia berdasarkan pancasila bukanlah negara sekuler. Oleh karena itu, agama tidak sekedar diakui keberadaannya, tetapi juga fungsi dan perannya di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Negara Indonesia juga bukan negara agama, tetapi fungsi dan peranan agama itu diakui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di dalam negara Pancasila, setiap agama mempunyai tugas dan panggilan bersama dalam masyarakat. Bagi gereja, umat Kristen bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan kota negaranya, serta melakukan kehendak Tuhan; mewujudkan keselamatan rohani dan kesejahteraan manusia.”

Gereja akan hidup ketika dia tidak hanya melayani dirinya sendiri. Gereja akan kokoh ketika dia menjadi saluran berkat bagi orang lain. Gereja yang mengambil bagian dalam membangun bangsa Indonesia ini adalah wujud dari Misi Allah melalui gerejaNya yaitu Misi Damai Sejahtera.

 

Penulis merupakan Pendeta HKBP Sidoarjo dan Ketua PGIS Sidoarjo

1 Comment
  1. Evilolisinambela says

    Kesadaran akan berbagai keberagaman yang Tuhan ciptakan haruslah semakin dipahami, diterima dan disyukuri dalam kehidupan berbangsa. Perbedaan tidak untuk dilupakan, tetapi membuat menjadi saling melengkapi kekurangan sehingga terciptalah keselarasan, keharmonisan dan kehidupan yg menarik. Seperti pelangi yg indah

Leave A Reply

Your email address will not be published.